Pro Kontra Nyamuk Wolbachia Tekan DBD, Berikut Penjelasan Dan Pengembang Biakannya

IMG 20231124 090342
Nyamuk Wolbachia mampu tekan penyebaran DBD.

KEPAHIANGNEWS.COM-NEWSDalam beberapa hari terakhir ini marak informasi tentang pro kontra penggunaan inovasi teknologi nyamuk Wolbachia di Indonesia. Sebetulnya apa dan mengapa pengembangan teknologi nyamuk Wolbachia ini? Berikut ini hasil perbincangan dengan Prof. Maksum Radji, pakar Mikrobiologi dan Bioteknologi dari Prodi Farmasi FIKES Universitas Esa Unggul, Jakarta.

Lantas apa yang dimaksud dengan teknologi nyamuk Wolbachia?

Prof. Maksum menjelaskan bahwa Wolbachia adalah bakteri yang sangat umum dan terdapat secara alami pada 50 persen spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, lalat buah, ngengat, capung, dan kupu-kupu. Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan. Analisis risiko menunjukkan bahwa pelepasan nyamuk ber-Wolbachia menimbulkan risiko yang dapat diabaikan terhadap manusia dan lingkungan.

Wolbachia hidup di dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga. Nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak membawa Wolbachia, namun banyak nyamuk lainnya yang membawa Wolbachia.

“Metode penanggulangan Demam Berdarah Dengue melalui program Wolbachia ini diinisiasi oleh organisasi World Mosquito Program (WMP) yang telah digunakan di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk di Indonesia”, tuturnya.

Bagaimana nyamuk Wolbachia bisa mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus Dengue?

Prof. Maksum menjelaskan bahwa bakteri ketika nyamuk Aedes aegypti membawa Wolbachia, bakteri tersebut bersaing dengan virus seperti virus demam berdarah Dengue, virus Zika, virus Chikungunya, dan virus demam kuning. Hal ini mempersulit virus untuk berkembang biak di dalam tubuh nyamuk. Sehingga kecil kemungkinan nyamuk menyebarkan virus dari orang ke orang.

“Artinya, ketika nyamuk Aedes aegypti membawa bakteri Wolbachia alami, penularan virus seperti demam berdarah, Zika, chikungunya, dan demam kuning akan berkurang. Wolbachia yang ada di dalam tubuh nyamuk dapat menghambat replikasi virus Dengue atau virus lainnya. Pada nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor utama dari virus Dengue menyebabkan nyamuk Aedes aegypti yang membawa bakteri Wolbachia ini tidak dapat menularkan virus Dengue antar manusia melalui gigitannya”, jelasmya.

READ  Pelaku Curanmor Yang Diamankan Satreskrim Polres Kepahiang, Melancarkan Aksinya Dengan Pura-Pura Jual Eskrim

Tujuan utama proyek ini adalah untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD), demam kuning, dan chikungunya, karena keberadaan bakteri Wolbachia dalam nyamuk mampu menghambat replikasi virus Dengue virus Zika dan virus Chikungunya.

“Teknologi nyamuk Wolbachia dilakukan dengan cara meletakkan telur nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia di lingkungan tempat tinggal masyarakat, dimana banyak berkembang populasi nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor utama penularan penyakit DBD. Telur nyamuk yang terdapat bakteri Wolbachia akan menetas menjadi nyamuk dewasa dan berkembang biak”, paparnya.

Prof. Maksum menambahkan bahwa jika nyamuk Aedes aegypti jantan yang memiliki bakteri Wolbachia kawin dengan Aedes aegypti betina lokal tanpa Wolbachia maka virus pada nyamuk betina akan terhambat replikasinya atau mati.

Disamping itu jika yang memiliki Wolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan liar yang tidak memiliki bakteria Wolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia. Sehingga dalam beberapa siklus tertentu diharapkan tidak ada lagi berkembang virus Dengue dalam nyamuk Aedes aegypti karena adanya bakteri Wolbachia. 

Fenomena ini sangat menguntungkan mengingat bahwa hanya nyamuk betina saja yang menggigit dan menghisap darah manusia, sedangkan nyamuk yang jantan tidak.

“Dengan demikian pengembangan nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia ini bukanlah merupakan hasil rekayasi genetika dan bukan juga merupakan nyamuk transgenik, karena materi genetik nyamuk tidak diubah”, jelasnya.(net)